Kamis, 17 Desember 2009

Wife and Hooker

Seorang teman bercerita mengenai syariah.
Waktu ada agen asuransi syariah datang kerumahnya, dia bertanya tentang apa beda asuransi (atau ekonomi secara umum) syariah dengan yang ribawi(konvensional)?
Sang agen tidak langsung menjawab, tapi:
"Begini, pak. bapak kan udah berkeluarga?"
"Betul"
"Kalo begitu, saya tanya, apa bedanya kita berhubungan badan dengan istri ama dengan psk (ato WTS, tau dech istilahnya)?, dua-duanya prosesnya sama, rasanya sama, ya khan?"
"hehehe..."
"Tapi, kenapa kalo ama istri dihitung pahala, kalo ama psk dihitung Zina yang berdosa besar?"
"Iya, ya.."
"Bedanya di Akad, pak. adanya Akad nikah waktu bapak nikah ama istri bapak, demikian juga dengan asuransi dan ekonomi syariah secara umum, semuanya menggunakan akad yang jelas, agar kita terhindar dari dosa Riba, Judi dan lain-lainnya"

No Risk Investment

Jika ada yang bilang : "Investasi ini Bebas Resiko", maka ada dua kemungkinan:
1. Misleading, dia berusaha menyesatkan.
2. Fraud, percobaan penipuan.

Kita mempunyai 2 pilihan untuk menghadapinya:
1. Ditinggalin pergi aja...
2. Kita ketawain, huahahahahahaha....

Rabu, 09 Desember 2009

Memilih Reksadana

Kebanyakan orang memilih reksadana dengan pertama-tama melihat performa (prestasi) selama ini, lalu reputasi manajer investasinya, lalu tingkat resiko reksadana itu dan yang terakhir dilihat (itu pun jika ada dilihat), berbagai biaya/fee dan pengeluaran reksadana itu.
Seorang Intelligent Investor dalam memilih reksadana, juga akan berdasarkan hal-hal di atas, tetapi dengan urutan yang terbalik.
kutipan dari The Intelligent Investor,

Kebahagiaan

"Kebahagiaan seorang manusia itu bukan terletak pada kekayaan hartanya atau jabatannya tapi terletak pada kesehatan jiwanya, dan kesehatan jiwa hanya bisa tercapai dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya"
Ibnu Rusyd, ilmuwan besar islam.

Kamis, 03 Desember 2009

Masalah Sepele?

dari film Fast and Furious: Tokyo Drift, di TransTV semalem, Mr. Kamata bilang ke keponakannya DK, :
"Karena paku kecil yang lepas, maka lepaslah tapal kuda,
Karena lepas tapal kuda, kuda tidak bisa berlari,
Karena kuda tidak bisa berlari, pesan tak sampai,
Karena pesan tak sampai, kalah pasukan dalam pertempuran."

Selasa, 28 Juli 2009

Kena writer block, kalii

Seperti roda yang berputar (gaya, neeh) semangat posting juga kadang diatas dan dibawah. tetangga bilang, kalo kita kena writer block, yaitu dimana kita mengalami kehabisan bensin (eh, ide maksudnya).
tak perhatikan, bukan tak gendong yaa, di blog orang-orang juga pada rehat.
kalo semua pada kena, apa berarti ini musimnya? atau jangan-jangan malah semacam wabah?
jangankan blog yang mengangkat tema khusus, blog pribadi yang acakadul kayak ini aja juga kehabisan ide.
jadinya karena menthok, terpaksa ide "kehabisan ide" ini jadi bahan postingan juga...

maaf, dech..

Rabu, 17 Juni 2009

Musuhmu adalah dirimu sendiri

Sepenggal kata bijak yang mengingatkan kita akan adanya Nafsu di diri kita. Nabi Muhammad sesudah perang Badar yang merupakan perang penentuan nasib umat Islam; dimana kalau umat islam kalah, akan punah selamanya, bersabda "Kita baru selesai perang kecil"
sahabat bertanya "Memang ada perang yang lebih besar dari perang ini, ya Rosul?"
"Ada, yaitu perang melawan nafsu"
Dalam sehari-hari kita sering berperang dengan diri sendiri, seperti saat ditawari kartu kredit misalnya; ada dorongan kuat dari nafsu gengsi dan serakah untuk mengambil atau menerima tawaran itu, tapi rupanya Yang Kuasa menganugerahi kita Hati dan Pikiran sehat agar kita mempertimbangkan untung ruginya mempunyai kartu kredit.
Marilah kita jaga diri kita agar tidak terjebak hutang dan dikalahkan oleh nafsu gengsi dan serakah dalam diri kita sendiri.

Rabu, 10 Juni 2009

Doaku Pasti Dikabulkan Alloh

"Janganlah pengabulan do’a yang tertunda,
sementara kamu merasa telah bersungguh-sungguh dalam memohon kepada Allah Swt, memutuskan harapanmu.
Karena Allah SWT menjamin akan mengabulkan do’amu
dalam bentuk yang Dia kehendaki untukmu,
bukan dalam bentuk yang kamu kehendaki.
Do’amu itu akan dikabulkan pada waktu yang Dia tentukan,
bukan pada waktu yang kamu tentukan.”
(Al Hikam – Ibnu Atha’illah Asy Syakandari)

Selasa, 09 Juni 2009

Berhasil atau Gagal?

"Anda bisa melakukannya jika anda berpikir demikian,
dan jika anda kira tidak dapat melakukannya,
Anda benar"
(Mary Kay Ash)

Kamis, 04 Juni 2009

Rokok untuk Pensiun

Waktu dulu masih iseng merokok, rata-rata saya menghabiskan 2 bungkus dalam seminggu. memang masih "ringan" dibanding rata-rata perokok yang habis rata-rata 1 sampai 2 bungkus perhari, apalagi dibandingkan dengan tingkat perokok "Berat" yang lebih dari 2 bungkus sehari.
Harga rokok terakhir yang saya beli seharga 7.000 rupiah, berarti saya menhabiskan 14.000 rupiah perminggu, atau 56.000 rupiah perbulan.

Kalo 56.000 rupiah ini saya invest secara disiplin perbulan dengan hasil rata-rata 15% pertahun, dengan menggunakan rumus excel Future Value, =FV(15%/12, 22*12, 56.000)setelah pensiun diusia 55tahun (selama 33 tahun) akan mendapat 114.525.335 rupiah.

Hmmm, lumayan, juga ya...

Rabu, 03 Juni 2009

Treadmill Test

Setelah terima hasil Medical Check Up (MCU) tahun 2009, saya berkonsultasi dengan dokter yang disediakan oleh vendor MCU tsb.
Beberapa hal yang disarankan dalam kesimpulan MCU saya tanyakan, diantaranya mengenai konsul ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP), jawabannya: saya tetep disarankan berkonsultasi meskipun tidak ada keluhan, istilahnya sedia payung sebelum hujan.
Berikutnya saya minta surat pengantar ke dokter spesialis jantung di RS Karya Medika II (Pertigaan Kompas) bareng ama kang Asmadi ama pak Didik. ternyata dokternya adalah dr. Ari Muharman, yang juga dokter yang menganalisa hasil EKG dari MCU. Beliau menerangkan bahwa hasil EKG itu tingkat akurasinya 50%, saya disarankan untuk tes treadmill di RS Global di Bekasi Barat, untuk mengetahui keabnormalan yang ditemukan di EKG itu bawaan lahir atau terjadi sesudah dewasa. keabnormalan yang ditemukan dalam EKG saya adalah Incomplete Right Bundle Branch Block (RBBB) yaitu berkurang atau tidak adanya hantaran listrik pada sebelah luar kanan jantung, yang disebabkan karena koroner atau penyumbatan pembuluh darah kapiler di tempat itu. ini terjadi bisa karena bawaan lahir atau didapat sesudah dewasa. kalau dari bawaan lahir berarti enggak masalah, anggap aja tubuh kita udah terbiasa dengan keadaan itu sejak lahir, kalau didapat sesudah dewasa baru masalah dan perlu terapi atau pengobatan.
Setelah selesai, kami dikasih resep ama surat rujukan tes treadmill ke RS Global.
Selanjutnya saya ama kang Asmadi ke personalia untuk menanyakan tes ini dicover oleh perusahaan enggak, alhamdulillah ternyata dicover, walaupun harus bayar sendiri dulu karena perusahaan belum ada kerjasama dengan RS Global.
Saya janjian ama kang Asmadi ikut tes Treadmill hari sabtu sore jam 5, sedang pak Didik tidak ikut, katanya mau tes sendiri ke Mitra Keluarga Bekasi Timur, karena disana bisa pake surat pengantar berobat, jadi enggak pake duit dulu.
Pada hari H tgl 30 Mei 2009, jam 15:20 saya keluar rumah, setelah nyamperin kang Asmadi di depan Karya Medika Kompas, kami langsung ke RS Global Bekasi Barat, nyampe sana jam 16:30.
Kami langsung ke pendaftaran pasien yg pintu masuknya dari belakang, mengisi formulir dan menunggu. Mbak petugas pendaftaran bilang dokternya rencana datang jam 17:30, "wah molor juga nih, tapi mungkin aja beliau lagi nolong pasien laen" begitu kami ngobrol-ngobrol, mendingan berpikir positif aja biar hati tenang.
Jam 17:30 kami dipanggil dan disuruh ganti baju treadmill ama pake sepatu yang disediakan oleh rumah sakit diruang loker. selesai ganti baju, kami masih menunggu dokter yang ternyata belum datang juga.
Adzan Maghrib terdengar di TV yang menyala di ruang tunggu. kami bilang ke perawat mau sholat dulu.
Habis sholat maghrib, saya dipasangin electrode dibadan, enggak sempet hitung ada berapa, kira-kira ada 10 ampe 12 electrode dan disambungin kable-kable yang terhubung ke kotak segede buku diary, terus kotak ini diikat ke pinggang biar enggak jatuh entar kalo dipake lari di treadmill. ditangan kanan juga dipasangi alat test tekanan darah elektronik yang ada sambungan kabelnya.
Kira-kira jam 18:20 dokter datang, katanya beliau habis nolong orang di ICU.
setelah kotak ama alat test tekanan darah di tangan disambung ke komputer, saya disuruh mulai tes.
Pertama kali kecepatan kayak orang jalan, di komputer grafik detak jantungnya mulai kelihatan, dan tekanan darah mulai naik dari 110 ke 120.
mbak perawat bilang kecepatan akan naik 1 menit lagi. Bener, kecepatan sekarang lebih cepat dari yang tadi, kira-kira sama kayak kita jalan agak cepet. darah mulai naik terus ke arah 140.
Perawat ngeprint grafik mulai dari sebelum tes, saat darah di 120, 140, 160, di peak test 179, recovery di 160, 140, 120 dan di normal 110.
kata perawat targetnya bukan waktu tapi tekanan darah di 180.
Lah, kali saya punya bakat darah rendah atau karena terlalu menenangkan diri, malah darah saya enggak naik-naik, udah 35 menit baru nyampek 83%.
begitu darah nyampek di 179, dokter nanya ada keluhan enggak, kayak nyeri atao gimana..
saya jawab "nafas saya habis..." hehehe.....
bener lho, nafas udah kesengal-sengal, dengkul lemes, keringet basah kuyup, ama perut rasanya pingin muntah...
Dokter bilang "cukup, mulai recovery", dan perawat mulai menurunkan kecepatan secara bertahap sampai menjadi kecepatan jalan kaki biasa.
Busyet, ternyata berat juga, saya rupanya under estimate ama tes ini, karena mengira sering latihan joging di hari minggu, bakalan lebih mudah...
saya istighfar menyadari kesombongan saya...
selesai tes dan ganti baju, kami di panggil dokter bareng.
saya sempat berpikir, kalo dipanggil bareng, berarti kemungkinan hasilnya sama, tapi sama-sama bagus atau tidak? jadi deg-degan juga.
Akhirnya dokter bilang kalau kami berdua divonis bawaan sejak lahir, alhamdulillah...
Kamipun pulang setelah terlebih dahulu membereskan administrasi (baca: bayar).
Legaa.. sekali rasanya, dan hilanglah kekhawatiran selama ini yang ngeganjel di hati.
Tak lupa saya harus mulai berniat menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, rokok sudah aku stop 4 bulan lalu, sebagai gantinya sekarang aku minum habbatus saudah pagi dan sore masing-masing 2 kapsul.
Kalo kita tahu kita sakit, jangan dicuekin tapi juga jangan terlalu takut. Biasa aja, sambil terus berikhtiar dengan sabar.
kalo kita terima sakit dengan sabar, insyaalloh akan jadi pengurang dosa-dosa kita.
Amiin.

Selasa, 02 Juni 2009

Kemeja

Seorang ibu yang sedang menjahit, tiba-tiba masuklah kedua anaknya, anak pertama bertanya;
"Bu, sedang menjahit apa?"
belum sempet sang ibu menjawab, anak kedua menyela;
"Bu, makannya dimana? laper, nih"

Si ibu berpikir mana yang mau dijawab duluan, biar enggak mengecewakan salah satunya. akhirnya sang ibu menjawab dengan satu jawaban untuk keduanya;

"Kemeja!.."

Jumat, 22 Mei 2009

Siapakah yang memaksa-Nya bersumpah?

Siapakah yang memaksa-Nya bersumpah?


Al-Ashmu’i berkisah: Dulu aku mengajar al-Quran di sebuah kampong Badui. Tiba-tiba aku dihadang oleh seorang Arab Badui penjarah yang di tangannya ada sebuah pedang. Ketika sudah mendekat untuk menarik bajuku, dia berkata,
“Wahai orang kota, apakah yang menyebabkan kamu masuk ke kampung padang pasir?”
Aku menjawab, “Untuk mengajarkan al-Quran.”
Dia bertanya, “Apakah al-Quran itu?”
Aku menjawab, “Perkataan Allah.”
Dia bertanya, “Apakah Allah mempunyai perkataan?”
Aku menjawab, “Ya.”
Kemudian dia menyanyikan sebuah syair, aku menjawab dengan firman Allah,
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat pula apa-apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyaat: 22).
Kemudian dia melemparkan pedangnya dan berkata, “Aku minta ampun kepada Allah, rezekiku ada di langit, tetapi mengapa aku mencarinya di bumi?”
Setelah berlalu satu tahun, aku bertemu dengannya pada waktu melakukan thawaf. Dia bertanya, “Apakah kamu orang yang bertemu denganku setahun yang lalu?”
Aku menjawab, “Benar!”
Lalu dia menyanyikan sebuah syair lagi. Aku menjawab dengan firman Allah,
“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS. Adz-Dzariyaat: 23).
Kemudian si Badui itu diam dan menangis seraya berkata, “Siapakah yang memaksa-Nya untuk bersumpah?”
Dia terus mengucapkan kalimat ini hingga jatuh dan mati. Semoga Allah merahmatinya.
Sahabatku, subhanallah, kisah ini membuat saya merenung. Apakah engkau juga demikian? Apa yang engkau renungkan dari kisah ini? Saya merenung dari kondisi si Badui itu dengan jawaban yang diberikan al-Ashmu’i berupa ayat-ayat al-Quran. Saya melihat, banyak orang yang merasa bahwa apa yang dia dapatkan berasal dari hasil usahanya sendiri. Termasuk juga diri saya. Oleh karenanya, kisah ini seolah menusuk ke dalam lubuk hati saya yang paling dalam.
Sahabatku, siapakah yang memaksa-Nya untuk bersumpah seperti itu? Ya, tidak lain orang-orang yang saya sebutkan di atas. Kita menganggap rezeki itu ada di bumi, padahal ia ada di langit. Allah-lah yang memberi kita rezeki. Allah-lah yang melapangkan jalannya rezeki dan Allah pula yang menyempitkannya. Segala sesuatu jangan dilihat dari hasil kerja keras kita semata, tetapi ingatlah Allah Yang Maha Memberi Rezeki. Kita tidak akan mendapat sepeser uangpun tanpa izin dari-Nya. Jika kita merasa usaha yang kita jalankan tidak mendapatkan hasil yang positif, padahal kita sudah berikhtiar sekuat tenaga, sudahkah kita mengingat Allah? Seringkali kita menganggap remeh mengingat Allah, sehingga kita melalaikannya begitu saja. Padahal, mengingat Allah adalah urusan yang sangat FUNDAMENTAL.
Rezeki itu ada dilangit bukan dibumi. Janganlah seperti Qarun yang menganggap seluruh harta kekayaannya berasal dari hasil kerja kerasnya selama ini. Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar apa yang dikatakan Qarun itu hingga akhirnya Dia membenamkan Qarun beserta harta kekayaannya ke dalam tanah. Hal ini berguna sebagai pelajaran bagi umat-umat kemudian agar jangan seperti Qarun. Jangan memandang harta curian, korupsi, atau menjual barang-barang haram, sebagai sesuatu yang akan dirasakan kenikmatannya. Allah Swt. sangat membenci pekerjaan-pekerjaan itu.
Kebencian Allah mengundang kemurkaan-Nya. Allah tidak akan membiarkan orang-orang zalim itu berbuat seenaknya. Allah akan menghukum mereka. Namun mata hati mereka sudah buta dari hukuman itu sehingga tidak membuat mereka sadar, malah mereka semakin terjerumus pada jurang yang lebih dalam lagi. Kelak Allah akan “membenamkan” diri mereka seperti Qarun. Allah akan membuat hidup mereka susah dan gelisah. Jika ada orangtua yang hidupnya susah dan gelisah, bisa jadi di masa mudanya ia gemar berbuat maksiat. Bagi orang-orang yang ingin sadar, ingatlah keresahan dan kesulitan hidup; ingatlah tubuh ini sering sakit-sakitan; ingatlah istri dan anak yang sering melawan perintah suaminya; ingatlah rezeki yang tidak lancar; ingatlah sahabat yang semakin jauh darinya. Semoga ingatan-ingatan itu membuatnya sadar dan kembali kepada Allah Swt..

Rabu, 20 Mei 2009

Reksadana Indeks – Sejarah dan Prospek


Posted on September 22, 2007 by John Item
dari johnitem.wordpress.com

Tadinya versi ini yang akan dikirim ke Kompas (2006). Tapi setelah berbagai pertimbangan, versi yang satu lagi yang dikirim. (Lihat posting mengenai Rekadana Indeks, bulan lalu).
Reksadana Indeks – Sejarah dan Prospek
Pada tahun 1974, sebuah artikel di Journal Portfolio Management mengejutkan industri pasar modal Amerika Serikat (Wall Street). Di artikel tersebut, sang penulis menganjurkan agar perusahaan manajer investasi mulai menawarkan produk reksadana baru berbasis indeks (RDI), dikelola secara pasif dengan tujuan utama mengikuti, bukan mengalahkan ataupun tertinggal, kinerja indeks.
Wall Street terkejut karena rekomendasi ini sangat bertentangan dengan pandangan dan kebiasaan yang berlaku pada saat itu, dimana pengelolaan reksadana biasanya dilakukan secara aktif dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi investor.
Yang membuat artikel tersebut tidak dipandang sebelah mata oleh Wall Street adalah karena sang penulis adalah seorang sesepuh Ekonom Amerika Serikat (AS), pemenang Nobel Ekonomi dan pengarang buku Makro Ekonomi terlaris didunia, Profesor Paul Samuelson dari MIT (Massachussets Institute of Technology).
Hipotesa Pasar Efisien
Terkejutnya pelaku pasar di Wall Street pada saat itu mungkin tidak perlu terjadi kalau saja mereka mendalami artikel Paul Samuelson sebelumnya yang diterbitkan oleh Journal Industrial of Management di tahun 1965. Di artikel “Proof That Properly Anticipated Prices Fluctuate Randomly,” Samuelson membuktikan secara matematis bahwa justru tindakan untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari banyak pelaku pasar yang pintar-pintar, canggih dan well-informed tersebutlah yang menyebabkan harga saham berfluktuasi secara acak (random).
Ide dasar ini kemudian dikembangkan oleh Profesor Eugene Fama, murid Samuelson, dari University of Chicago yang kemudian mencetuskan apa yang disebut Efficient Market Hypothesis (EMH). Pada intinya, EMH menyatakan bahwa harga saham di pasar sudah mencerminkan segala informasi yang relevan mengenai saham tersebut. Sedangkan informasi baru mengenai saham tersebut akan diproses oleh para pelaku pasar secara efisien sedemikian rupa, sehingga harga saham akan menyesuaikan diri secara cepat dan langsung (instant) untuk mencerminkan informasi baru tersebut. Ditambah dengan asumsi bahwa informasi baru tersebut datang secara acak, maka harga saham tersebutpun akan bergerak secara acak juga. Akibatnya, tidak ada strategi investasi apapun yang dapat diterapkan oleh investor untuk mendapatkan tingkat keuntungan abnormal (excess return) secara konsisten atau secara terus menerus.
Sulitnya menghasilkan return abnormal secara terus menerus ini juga dicetuskan oleh Charles D. Ellis dalam artikel The Loser’s Game di Financial Analyst Journal tahun 1975. Di artikel tersebut Ellis mengilustrasikan bahwa untuk memperoleh 20% excess net return diatas tolok ukur (indeks), investor aktif secara rata-rata harus menghasilkan 40% excess gross return (sebelum dipotong biaya). Jelas ini bukan merupakan tugas yang mudah. Selanjutnya Ellis menambahkan bahwa dengan semakin banyaknya pemain institusi di pasar modal (dengan segala kecanggihannya), kompetisi untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya jadi semakin meruncing. Oleh karena itu, semakin sulit bagi masing-masing investor untuk memperoleh excess return secara konsisten. Akibatnya, investasi aktif di pasar modal menjadi losing game. Di losing game ini, pemenangnya adalah mereka yang membuat kesalahan paling sedikit. Di investasi pasar modal, pemenangnya adalah mereka yang mengeluarkan biaya paling sedikit.
Hasil observasi kinerja manajer investasi Amerika di tahun 1960 sampai awal 1970an ternyata mendukung EMH. Secara rata-rata,70% manajer investasi kinerjanya dibawah kinerja indeks (S&P 500). Sedangkan 30% manajer investasi yang kinerjanya lebih baik di tahun tertentu, belum tentu bisa mengulang prestasi yang sama di tahun selanjutnya. Akibatnya, bagi investor, memilih manajer investasi mana yang akan mengalahkan indeks di tahun tertentu menjadi sama sulitnya dengan memilih saham mana yang akan berkinerja baik di tahun yang sama.
Berdasarkan EMH dan data empiris kinerja manajer investasi tersebut inilah Samuelson menulis rekomendasi yang dianggap Wall Street cukup kontroversial tersebut. Ide utamanya adalah pengelolaan aktif tidak efektif karena EMH ternyata benar. Oleh karena itu, investor lebih baik diberikan produk investasi berbasis indeks, yang dikelola secara pasif dan berbiaya rendah.
Terinspirasi oleh tulisan-tulisan para akademisi diatas, pada tahun 1975, John Bogle melalui perusahaan investasi Vanguard mulai meluncurkan produk reksadana berbasis indeks ke publik Amerika.
Reksadana Indeks (RDI)
Pada dasarnya, reksadana indeks adalah reksadana yang dikelola secara pasif, dengan tujuan utama menghasilkan kinerja yang mengikuti kinerja indeks tertentu (misalnya S&P 500, Dow Jones 30, IHSG atau JII) dengan biaya seminimal mungkin. Komposisi portofolio akan mirip dengan indeks yang diikuti dan tidak memerlukan riset khusus dalam pembentukan (construction) maupun penyesuaian (rebalancing) portofolio.
Dibandingkan dengan portofolio yang dikelola secara aktif, transaksi jual-beli (portfolio turn over) RDI juga relatif lebih jarang. Akibatnya, bagi manajer investasi, biaya pengelolaan secara pasif ini jadi jauh lebih kecil. Otomatis, biaya yang dibebankan ke nasabah investor jadi jauh lebih kecil. Selain biaya rendah, RDI relatif lebih transparan karena komposisi portofolionya jelas, mirip dengan indeks, dan hanya berubah sedikit, terutama jika ada perubahan komposisi indeks yang di ikuti.
Reksadana Indeks cocok bagi investor yang sepaham dengan EMH bahwa return abnormal tak dapat dipertahankan dan lebih bersifat untung-untungan, yang tidak mau pusing-pusing memilih manajer investasi, serta ingin berinvestasi ke pasar modal dengan biaya serendah mungkin. Juga cocok bagi yang mementingkan transparansi tinggi, dan merasa bahwa menganalisa arah indeks jauh lebih mudah daripada arah pergerakan saham satu-persatu.
Dalam 30 tahun terakhir ini, reksadana indeks tumbuh pesat hingga sekarang mencapai nilai US$ 2.2 trilyun (saham), US$ 900 milyar (bonds) dan US$1.1 trilyun (saham dan obligasi internasional). Yang menarik, pemimpin Fidelity, perusahaan manajemen investasi terbesar Amerika, salah satu penentang keras ide RDI, turut mengembangkan bisnis RDI untuk Fidelity yang kini sudah mencapai nilai US$ 30 milyar atau Rp. 270 trilyun!
Prospek di Indonesia
Di pasar modal Indonesia, terdapat beberapa indeks: IHSG merupakan indeks harga seluruh saham yang tercatat di BEJ, yang terbobot dalam nilai kapitalisasi pasar setiap saham. LQ45 adalah indeks dari harga 45 saham terpilih BEJ, berdasarkan peringkat likuiditas, juga kapitalisasi pasar. JII merupakan indeks harga 30 saham terpilih BEJ, berdasarkan likuiditas dan kapitalisasi pasar, yang sesuai dengan syariat Islam.
Sejarah RDI di Indonesia, boleh dikata, masih berada di tahap awal, mirip di AS pada tahun 1975. Bedanya, pasar modal Indonesia belum se-efisien pasar modal AS di tahun 1975. Lalu, apakah in berarti reksadana indeks belum tepat untuk di beli atau ditawarkan saat ini? Tunggu dulu.
Oleh karena pada awalnya RDI dibuat berdasarkan rekomendasi pakar-pakar EMH, persepsi pasar mengenai RDI menjadi lekat dengan pasar yang efisien. RDI hanya akan sukses di pasar yang sudah efisien, demikian persepsi yang ada di publik.
Pada kenyataannya, berbagai RDI di pasar yang tidak efisienpun banyak yang sukses. Contohnya beberapa Small Cap Index Funds, yang komposisi portofolionya terdiri dari banyak perusahan-perusahan kecil di AS, dapat tumbuh dengan baik. Padahal, saham perusahan-perusahaan kecil di AS masih dianggap tidak efisien karena masih minimnya berita, analisa atau informasi mengenai perusahan-perusahaan kecil tersebut.
Selain itu, dengan menggunakan aritmatika sederhana, dan asumsi kinerja portofolio investor terdistribusi secara normal , serta tanpa asumsi pasar efisien, dapat kita tunjukan bahwa, paling tidak, secara rata-rata, kinerja RDI saham akan lebih baik dari kinerja 50% sampai dengan 60% dari populasi investor saham lainnya.
Apakah reksadana berbasis indeks akan ber-evolusi dengan baik seperti apa yang terjadi di AS, tentunya masih terlampau pagi untuk dapat kita pastikan. Akan tetapi, melihat faktor teori ekonomi keuangan yang kuat yang mendasari diciptakannya produk ini, ditambah dengan biaya pembelian yang rendah, serta prospek kinerja yang cukup potensial (diatas rata-rata, bahkan mungkin bisa terbaik), bukan tidak mungkin sukses di AS bisa terulang disini.

John D. Item, CFA

Selasa, 19 Mei 2009

Merencanakan Keuangan Anda

Merencanakan Keuangan Anda

Anda tentunya tahu bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Kebutuhan orang dewasa akan selalu bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Dari kebutuhan untuk menikah, membeli rumah, kendaraan pribadi, memiliki dan membesarkan anak, sampai menikmati masa pensiunnya dengan bahagia.
Namun, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan itu, tentunya dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Sebagai contoh, mungkin Anda tau jika saat ini harga rumah di pinggir kota Jakarta dengan luas 96 m2 saja, sudah mencapai 200-300 juta rupiah. Belum lagi memikirkan biaya sekolah anak yang semakin lama semakin mencekik kantong. Saat ini saja, uang pangkal sebuah SMP swasta sudah mencapai puluhan juta rupiah, bayangkan uang sebesar itu hanya untuk pendidikan selama tiga tahun.
Keadaan ini tentunya menimbulkan pertanyaan bagi Anda, bagaimana saya bisa memenuhi semua kebutuhan itu? Jawabannya adalah dengan melakukan perencanaan keuangan sedini mungkin, dan bersenang-senanglah kemudian.

5 Langkah Untuk Bersenang-Senang Kemudian!
Perencanaan keuangan adalah suatu proses mengelola keuangan yang dilakukan dengan disiplin, untuk mencapai tujuan yang Anda inginkan. Untuk itu, ada 5 langkah yang Anda harus lakukan :
1. Periksa kondisi kesehatan keuangan Anda
Bukan hanya kesehatan tubuh Anda yang penting, tetapi kesehatan kondisi keuangan Anda pun tak bisa diabaikan. Sebenarnya, hal yang disebut belakangan ini harus menjadi prioritas pertama Anda sebelum menjaga kesehatan tubuh, karena menjaga kesehatan tubuh juga membutuhkan dana.Langkah pertama ini cukup mudah. Catat dengan baik semua pengeluaran Anda dalam satu bulan. Anda pasti akan takjub ketika melakukan hal ini, karena Anda akan melihat kemana saja uang Anda melayang selama ini.Selain itu, hitung seluruh kekayaan dan juga hutang-hutang yang Anda miliki. Lunasi semua hutang Anda - jika perlu dengan menjual kekayaan Anda - sebelum Anda berencana untuk memiliki sesuatu yang baru. Jika Anda sudah tidak memiliki hutang lagi, maka baru dapat dikatakan kondisi keuangan Anda sudah sehat wal afiat.Jangan takut jika Anda tidak memiliki simpanan setelah Anda membayar semua hutang, karena walaupun Anda tidak memiliki simpanan lagi, Anda akan melakukan sesuatu yang jauh lebih baik bagi Anda sendiri.

2. Bermimpilah!

Langkah kedua adalah merencanakan kebutuhan Anda. Langkah ini dilakukan dengan bermimpi. Ya, Anda tidak salah, bermimpi! Bertanyalah di dalam hati Anda, apa saja yang Anda inginkan dalam hidup ini. Rumah di Pondok Indah? Mobil Jaguar? Apartemen di kawasan bintang lima? Mengalahkan para socialite untuk memiliki jumlah sepatu, baju, dan tas bermerek? atau bahkan bulan madu ke Paris? Nah, jika sudah, bangunlah dari mimpi Anda untuk melihat realita apakah seluruh mimpi Anda sudah sesuai dengan kondisi kekayaan dan pendapatan Anda? Jika belum, kembalilah bermimpi. Namun, kali dengan mimpi yang lebih realistis. Jangan lupa prioritaskan hal mana yang ingin Anda dapatkan terlebih dulu.Satu hal yang harus diingat, selain hal-hal yang menyenangkan tadi, masukkan di dalam prioritas Anda kebutuhan dana darurat. Dana darurat? Apalagi itu? Dana darurat adalah dana untuk keperluan yang munculnya tidak Anda duga, seperti biaya rawat inap di rumah sakit. Tentunya hal ini tidak diharapkan terjadi, tetapi tidak ada salahnya Anda berjaga-jaga seperti pribahasa "sedia payung sebelum hujan".

3. Kelompokkan kebutuhan keuangan Anda
Langkah ini masih mudah. Cukup kelompokan kebutuhan-kebutuhan Anda berdasarkan jangka waktunya. Jangka waktu sendiri dibagi 3, yaitu jangka pendek untuk kebutuhan antara 1-3 tahun, jangka menengah untuk kebutuhan antara 3-5 tahun, dan jangka panjang untuk kebutuhan lebih dari 5 tahun.Berikut ini adalah contoh pengelompokan kebutuhan Anda :
Jangka Waktu Tujuan Keuangan
Jangka Pendek Anda ingin memiliki dana darurat
Jangka Menengah Anda ingin membayar uang muka rumah
Jangka Panjang Anda ingin mempersiapkan dana pensiun

4. Kenali jenis investasi yang cocok dengan kebutuhan Anda
Langkah ini cukup sulit untuk dilakukan, karena bagi sebagian dari Anda, hal ini merupakan hal yang baru. Anda dapat mempelajarinya dengan bantuan saudara atau teman Anda yang telah merencanakan keuangan dengan baik, menyewa konsultan perencana keuangan, atau Anda dapat mempelajarinya sendiri di situs ini, pada bagian Jenis Investasi. Setelah Anda mengerti manfaat dari masing-masing jenis investasi, pilihlah yang paling sesuai dengan kebutuhan keuangan Anda.

5. Disiplin itu pelita hati!

Semua langkah-langkah yang Anda terapkan akan sia-sia jika Anda tidak melakukannya dengan disiplin dan memiliki komitmen tinggi. Kedua hal penting itu akan membuat segalanya berjalan dengan lancar. Anda ingin berbulan madu di Paris dan menikmati jaguar Anda, bukan? Bersabarlah! Makin Anda mendisiplinkan diri dan mempertahankan komitmen, maka mimpi Anda itu makin cepat menjadi kenyataan.


Mulailah Merencanakan Keuangan Anda Sedini Mungkin
Semakin cepat Anda melakukan perencanaan keuangan Anda dan mulai berinvestasi, maka semakin kecil dana yang dibutuhkan. Hal ini tentunya akan menguntungkan Anda karena semakin banyak kebutuhan yang dapat Anda rencanakan. Sebagai contoh, kami memberikan ilustrasi perencanaan keuangan untuk mendapatkan dana pendidikan anak Anda di bawah ini.
Anda mempunyai seorang anak, dan Anda berencana untuk menyekolahkannya ke luar negeri untuk mengambil S1, dimana pada saat itu usia anak Anda adalah 18 tahun. Anda memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kuliahnya adalah sebesar 1 miliar rupiah. Jika Anda mendepositokan uang Anda untuk mendapatkan dana sebesar 1 miliar itu, dengan asumsi bunga deposito sebesar 6% per tahun (tidak termasuk pajak), maka didapatkan ilustrasi sebagai berikut:

umur anak; jangka waktu menabung; besarnya dana yang harus disisihkan;
(tahun) (tahun)
3; 15; Rp. 3.741.270
8; 10; Rp. 6.439.885
13; 5; Rp. 14.704.567

Oleh sebab itu, mulailah merencanakan keuangan Anda dan mulailah berinvestasi dari sekarang!

Jumat, 15 Mei 2009

Kredit Tanpa Agunan dan Ilusi Bunga Flat

Kredit Tanpa Agunan dan Ilusi Bunga Flat
dari JanganSerakah.com


Pernahkah teman-teman mengalami hal seperti ini? Anda sedang bekerja/ngopi/makan siang/nyetir, ketika tiba-tiba……

(ring…ring…handphone berbunyi… nomor tidak dikenal)
“Hallo?”
“Selamat siang pak. Nama saya X dari Bank Y. Saya menelpon untuk menginformasikan kepada bapak bahwa bapak telah terpilih untuk mendapatkan fasilitas kredit tanpa agunan sebesar 50 juta dari bank kami. Uang ini nanti bebas bapak pakai untuk…….”

Saya yakin kejadian di atas sudah pernah dialami oleh kebanyakan pembaca blog ini. Beberapa tahun terakhir, berbagai institusi perbankan begitu gencarnya menawarkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) kepada masyarakat. Saking gencarnya, hingga dalam satu bulan, saya bisa menerima telpon seperti di atas dua atau tiga kali.
Menulis post tentang KTA ini, saya jadi teringat akan suatu kejadian di bulan Oktober tahun lalu ketika saya diberikan sebuah “PR” oleh orang tua saya. Saya diminta untuk membantu mengurus penyelesaian hutang bank salah satu karyawan kami. Jumlah hutang karyawan itu kepada berbagai bank mencapai lebih dari Rp 40 juta, terdiri dari hutang KTA dan kartu kredit. Dengan gaji pokoknya yang hanya Rp 1,2 juta per bulan tentunya situasi karyawan tersebut bagaikan sebuah mimpi buruk, terlebih mengingat kondisi karyawan tersebut yang sudah ada tanggungan (istri dan 1 anak)
—–oOo—–
Akhir-akhir ini, fasilitas KTA bagi banyak orang menjadi “jalan keluar” untuk memenuhi kebutuhan belanjanya, entah apakah itu utk belanja konsumsi ataupun belanja usaha. ‘Getolnya’ bank-bank dalam menawarkan KTA ditambah dengan meluasnya sifat konsumerisme serta rendahnya pemahaman masyarakat tentang instrumen hutang membuat saya agak mengkhawatirkan ekses negatif yang mungkin timbul di masa depan.
Di dunia “perhutangan”, KTA termasuk ke dalam kategori unsecured debt (lawannya adalah secured debt). Dalam unsecured debt, hutang yang diberikan tidak “terkait” dengan barang jaminan apapun, sehingga tentunya resiko yang ditanggung oleh si pemberi hutang lebih besar.
Seperti kita tahu, dalam investasi berlaku hukum “resiko sebanding dengan prospek keuntungan”, dan tentunya KTA juga tidak luput dari hukum ini. Karena resiko yang ditanggung oleh pemberi hutang lebih tinggi, orang-orang yang menggunakan KTA pun harus “membayar lebih mahal” dalam bentuk bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutang tipe “secured debt” (dimana kita harus memberikan barang jaminan kepada bank).
Beban bunga yang lebih tinggi (dan bisa sangat mencekik ini) yang menjadi alasan mengapa pada umumnya Financial Planner selalu menyarankan untuk sebisa mungkin menghindari “unsecured debt” seperti KTA.
—–oOo—–

Salah satu hal yang membuat banyak orang tertarik untuk mengambil KTA adalah Ilusi bunga Flat. Satu hal yang saya sayangkan adalah masih banyak orang yang belum memahami apa itu bunga flat, sehingga saya kerap mendengar kalimat seperti “Ambil KTA aja, bunganya cuma 2% sebulan“. Sistem bunga Flat yang umumnya dipakai untuk KTA, memang menimbulkan ilusi bahwa bunga yang kita bayar tidak terlalu mahal, padahal kenyataannya tidak demikian.
Dalam sistem bunga Flat, bunga yang kita bayar diperhitungkan atas nilai awal hutang kita. Misalkan kita berhutang Rp 10 juta, maka besarnya bunga yang kita bayar itu selalu dihitung berdasarkan angka 10 juta ini, bahkan jika kita sudah mencicil sebagian dari 10 juta itu. Ini berbeda dengan sistem bunga “normal” (efektif) di mana besarnya bunga yang harus kita bayar itu dihitung berdasarkan kepada sisa hutang kita. Jika kita berhutang Rp 10 juta, tetapi sudah kita cicil Rp 1 juta, maka bunga yang kita bayar hanyalah bunga atas Rp 9 juta.
Perbedaan di atas menimbulkan selisih yang besar antara bunga flat dan bunga efektif. Sebagai contoh, jika kita mengambil KTA tempo 1 tahun dengan bunga “cuma” 2%/bulan (24%/thn), bunga efektif yang harus kita bayar sebenarnya adalah sebesar kurang lebih 42%. Dengan tingkat bunga seperti ini, tidaklah mengherankan jika institusi perbankan begitu bernafsu meminjamkan uangnya kepada kita dalam bentuk produk KTA ini (bandingkan dengan bunga deposito yang kita terima jika kita “meminjamkan” uang kita kepada bank).
—–oOo—–
Setiap kali kita ditawarkan hutang (untuk apapun juga) dengan sistem bunga flat, ada baiknya jika kita menghitung berapa sebenarnya bunga efektif yang kita bayar. Secara kasar, biasanya jika suku bunga flat diubah menjadi suku bunga efektif, maka besarnya kira kira akan menjadi hampir 2 kali lipat (lihat kembali contoh di atas)
Untuk mengkonversi bunga flat menjadi bunga efektif dengan lebih tepat, untuk teman-teman yang “tidak ada waktu” untuk menghitung secara manual, bisa menggunakan berbagai kalkulator online seperti yang tersedia di sini.
Pertama-tama masukkan nilai pinjaman, suku bunga FLAT, tipe pinjaman (FLAT) serta lama pinjaman (dalam bulan). Misalkan saja kita masukkan nilai pinjaman 100 juta, suku bunga flat 8%/thn, serta lama pinjaman 24 bulan. Maka hasil yang diberikan oleh kalkulator itu adalah : Total Amount Repayable (jumlah total pembayaran) = 116 juta dan cicilan perbulan 4.833.333.
Selanjutnya untuk mengetahui berapa sebenarnya bunga efektif yang kita bayar, maka kita lakukan sekali lagi penghitungan. Nilai pinjaman tetap 100 juta, tipe pinjaman diganti ke Compound, lama pinjaman tetap 24 bulan. Karena kita justru sedang mencari tahu berapa tingkat suku bunga efektif, maka kita tidak mengetahui berapa suku bunga efektif yang harus dimasukkan. Untuk mencari besarnya suku bunga ini, kita akan memakai metode “trial and error” (meskipun “trial and error” tetapi tidak membutuhkan waktu lama).
Utk percobaan pertama, masukkan saja misalnya suku bunga compound=16% (dua kali lipat dari suku bunga flat). Hasil yang kita dapatkan : Total Amount Repayable = 117 juta+ dan cicilan bunga per bulan = 4.896.311. Angka ini lebih besar daripada angka 116 juta pada penghitungan suku bunga flat. Oleh karena itu, kita turunkan sedikit angka suku bunga compound itu, misalnya menjadi 15%. Hasil baru yang kita dapatkan akan menurun menjadi 116,367 juta. Kecilkan terus suku bunga compound hingga hasil yang kita dapat = 116 juta, yang akan didapat pada tingkat suku bunga compound 14,68%. Dengan demikian berarti bahwa suku bunga flat di atas (8% selama 24 bulan) adalah sama dengan bunga efektif sebesar 14,68%.

Selasa, 12 Mei 2009

Tangga Deposito

Seorang rekan bertanya, saya punya duit 5juta, daripada nganggur ditabungan enaknya ditaruh dimana yah?
aku balik nanya, kira2 mau dipakai lagi kapan? karena menentukan jenis investasi adalah dari return, resiko dan waktu.
kalo jangka panjang (diatas 5tahun), masukin ke Reksadana Indeks (DINAR), menurutku itu alternatif terbaik. returnnya lumayan, bisa 15 s/d 25% setahun.
kalo jangka menengah, 1 s/d 5 tahun, aku saranin ke Reksadana Obligasi. returnnya antara 7 s/d 12% per tahun.
kalo jangka pendek, 1 tahun atau kurang, masukin ke deposito, gampang khan?

terus kalo ada tambahan 5juta lagi, apa langsung ditambahin?

lebih baik buka baru, ini untuk mengantisipasi penarikan/pencairan deposito. dengan punya beberapa deposito dengan tgl jatuh tempo yang bervariasi, akan memudahkan kita saat pencairan.
kalo punya 1 deposito, mau apalagi, ngikut jatuh tempo. 30/1 = 30hari
kalo punya 2, bikin jarak jatuh temponya 30/2 = 15hari. misal yg satu tgl 5, kedua tgl 20.
kalo punya 3, 30/3 = 10 hari,
dan seterusnya.

Ok, enggak?

Jadi ini dinamakan Tangga Deposito, masing-masing anak tangganya berisi catatan tanggal jatuh tempo deposito.

salam,

Senin, 11 Mei 2009

Temen-temenku berangkat

Hari ini pak Jaenuri dan temen-temen mau berangkat ke Asahi, Jepang untuk waktu selama 6bulan.
Enggak bisa ngasih saku dan enggak tega "nodong" oleh, aku cuman bisa doain aja:

"Semoga Selamat sampai tujuan"

amiin.

Jumat, 08 Mei 2009

Back to Home

Akhirnya setelah berkelana ngeliat-liat blog orang, terutama keasyikan ngeliat blognya bung Nikken "Edison" JanganSerakah.com hari ini baru perhatian lagi ama blog sendiri.

lagi nyari ide, enaknya dikustomisasi apalagi ya blog ini?
dikasih foto, kurang sreg, wong aku sendiri enggak fotogenik...

apa udah cukup yach? kayaknya belon...

ada ide buatku? terimakasih bila sempet mengisi komen...

Jumat, 17 April 2009

"Nabung itu Rugi"

Ah yang bener? kenapa?

Bikin sensasi doang kali...

silahkan bereaksi sepuasnya. maksud tulisan saya adalah, kita mesti menghitung dengan cermat sebelum membuka rekening di bank.

berarti kita tidak perlu rekening di bank?

tergantung, kalo kita gajian pake transfer dan bukan cash, kita harus buka rekening (atau dibukain rekening ama personalia) di bank.

tapi kalo kita nerima duit cash, belanja cash, nabung dalam bentuk emas, atau tanah, berarti kita enggak perlu amat rekening di bank.

Kalo duit kita kurang dari 5 juta, dengan bunga 3% per tahun dipotong pph final 20% dari bunga dan biaya administrasi 10 ribu per bulan, maka hitungannya begini:

uang : Rp. 5.000.000,-
bunga per bulan : (Rp. 5.000.000,- x (3% /12) = Rp. 12.500 - (Rp. 12.500 x 20% = 2500) = Rp. 10.000,-
Biaya administrasi = Rp. 10.000,=

maka uang anda akan "sia-sia" dan hanya akan dijadikan modal bagi bank untuk diputar dengan dikreditin ke orang/persh dengan bunga 12 s/d 15 % pertahun. kalo anda orang yang baik hati dan tidak sombong, silahkan memberi bank uang nganggur anda, hehehe...

Terus, 5 juta ini diapain? taruh dibawah bantal?

yang paling "mudah" dan agak menguntungkan, taruh di deposito. Anda tinggal ke bank, bawa materai 6.ooo, buka deposito, isi diformulir pembukaannya, jangka waktu 1 bulan, perpanjang otomatis (Automated Roll Over/ARO), Bunga/bagi hasil masuk ke pokok, dan setor uang anda di cashier, dan tinggal tunggu sertifikat depositonya.

dengan bunga/bagi hasil 6% dipotong PPh final 20%, maka hitungannya:

dana : Rp. 5.000.000,-

bunga/bagi hasil : Rp.5.000.000,- x (6 %/12) = Rp. 25.000 - (25.000,- x 20% = 5.000,-) = Rp. 20.000,-

administrasi = Rp. 0,- (hanya materai Rp. 6000 saat pembukaan dan 6000 saat pencairan.

Ada alternatif laen?

Ada, banyak lagi, beli ORI, SUKUK Retail, Emas koin/batangan, Reksadana, de el el...

Jadi?

Dengan ilustrasi diatas, kita ambil kesimpulan, bahwa penempatan dana yang tepat akan membuat

"Uang bekerja untuk kita"


Kamis, 16 April 2009

Ruang ngobrol

Hari ini aku tambahin ruang ngobrol di sebelah kanan.
Idenya aku dapet dari iklan (ih, pasif banget yak..) di yahoo mail.
biar telat asal cepat dan selamat....

jadi sekarang kita bisa ngobrol di Ruang Ngobrol...

yup, tapi apa aku harus instal YM untuk ngaktifin pingbox ya? soale aku biasa chat dari Ymail terus, belon pernah dari YM, karena belon install.